SUNYI

Dear Rani...
Kira-kira boleh ga sih aku nangis ?
Untuk yang kesekian kalinya, perasaan ini sungguh mencekam lebih dari biasanya.
Aku rasa aku ingin berlari sejauh mungkin, menghilangkan jejak dan biar saja semua berlalu, karena aku yakin takan ada juga kenangan tentang aku.
Tidakkah mereka merasakan hal yang sama seperti apa yang aku rasakan ini ?
Dear Rani, katakanlah bahwa aku tidak sendiri. Kau akan membangunkanku kan ? Dan katakanlah, terang itu akan ada :')

Kalau saja aku bisa, untuk membuat semuanya semudah apa yang ada didalam cerita yang dibuat 'sengaja' seolah indah, aku akan betah. Tapi tidak dengan malam ini, dan malam-malam kemarin yang selalu berhasil membuat aku sendu. Dan akankah malam esokpun aku akan semakin memparah ?
Dan yang sama, tak lagi ada, dan tak semudah itu aku mengucap itu buruk.
Benar, rasanya aku ingin hilang.

Yang baik, semua akan sirna karena tidak tulus. Sebenarnya apa yang bisa abadi ? Jika aku harus selalu membuat rencana baru jika seandainya nanti apa yang dicinta akan pergi dan tidak lagi tinggal.
Bicara pada segelas kopi, yang mungkin menghangatkan namun sebenarnya membunuh karna tidak sedikitpun sunyi yang hilang, yang ada selalu membuat aku sadar bahwa aku ini sedang sendiri.

Setiap hari seperti dihadapkan dengan pisau tajam, yang siap menyayat waktu dengan ketajamannya yang pedih.
Sampai akhirnya aku tersadar lagi, bahwa aku ini sedang sendiri, dan akan benar-benar sendiri pada akhirnya. Bukankah itu miris ?

Rasanya tak perlu aku mendengar ucapan yang terlalu manis. Hanya membuang sia-sia senyumku saja. Dan seharusnya aku tau, kebohongannya itu tidak patut untuk aku jadikan sebuah kesenangan. Dan aku tidak tau untuk apa semua ini.

Comments

Popular posts from this blog

Cukup.

RUNTUH

Apa itu sabar ?