Dear you, Indra Prasetyawan.

Teruntuk Indra Prasetyawan, lelaki yang sejak awal sangat aku kagumi akan banyak hal yang kamu punya. Kecerdasan kamu, kelembutan kamu, kebaikan kamu, kehangatan kamu, perjuangan kamu,penerimaan kamu dan segala hal yang telah membuat aku memahami bahwa Allah akan mengirimkan seseorang yang tepat pada waktunya, disaat aku memanjatkan doa, dan saat itu kamu hadir sebagai sebuah cinta yang melengkapi. Terima kasih :'

11 tahun berlalu, dan kamu bertahan dengan karakter yang sama selama 6 tahun. 4 tahun belakangan, kamu bukanlah kamu. Perubahan yang "menurut kamu" karena semua permasalahan yang aku buat. Maaf untuk itu, tapi lembar memori semua perjalanan aku tidak pernah lupa. Apa yang kamu ucapkan baik, apa yang kamu ucapkan buruk, apa yang kamu lontarkan semuanya aku sangat ingat. 
Mungkin penyesalan demi penyesalan kamu pupuk sampai akhirnya menumpuk, lalu kenapa kamu masih bertahan ? Karena cinta ? 
Cinta yang baik itu, setidaknya tau bagaimana kembali membina hubungan yang baik, sekeras sesusah apapun usaha untuk menjalin itu. 

Kita mungkin saling tidak tau satu sama lain tentang apa-apa saja yang kita pikirkan saat ini. Pikiran kamu tentang aku dan tentang hidup kedepannya, begitupun sebaliknya. 
Maaf buat semua kebohongan yang terkuak, tapi kamu belum sedekat itu melihat aku, Pras. Sehingga hanya ada kata menyalahkan yang kamu ucap. Jika aku salah, dan membuat kamu menyesal setiap kali karena mengenal aku, mengapa tidak berhenti ? 

Aku adalah wanita yang saat ini sulit untuk mengontrol semuanya, dengan semua permasalahan yang ada, penyesalan terlalu dalam, iya, namun kamu gabisa lihat itu kan ? Setidaknya aku masih berusaha untuk bisa jadi yang terbaik buat kamu, yang sudah mendedikasikan kebanyakan hidup kamu untuk aku mungkin selama ini. Aku masih berusaha keras untuk menggali senyum dan tawa dari kamu, namun NOL. Aku sudah sangat mengesampingkan kebutuhan aku untuk bisa terseyum dan tertawa juga dibalik semua kekusutan yang aku pendam, namun kamu tak jua menunjukan perubahan. Lalu bagaimana aku bisa bahagia ? Jika sumber kebahagiaan aku itu adalah kamu saat ini, bahkan kamu saja tidak merasa bahagia. Lalu untuk apa jika kita hanya selalu saling berseteru tanpa saling membuat bahagia ? Segala cara yang aku buatpun tidak membuat kamu sedikitnya bisa tersenyum. 
Jika kebahagiaan kamu bisa kembali hanya dengan soal materi, maaf aku belum bisa saat ini. Karena kamu menutup mata untuk kebaikan yang lain, lalu untuk apa aku ada ? 
Sedangkan aku sanggup untuk menahan semuanya, menguatkan diri ditengah permasalan dan semua ucapan buruk yang kamu lontarkan. 
"Menurut kamu" lagi, aku adalah seseorang yang sakit. Jika aku sakit, kamu itu sebagai apa ? 
Kamu mungkin sebagai suntikan dengan jarum tajam menusuk yang dapat meredakan rasa sakit 'sesaat' saja. Lalu aku sakit lagi, kamu suntik lagi, dan setiap hari. Lalu aku akan over dosis, benar ? Dan aku akan mati karena kebanyakan obat itu sendiri. Lama kelamaan aku akan semakin mati rasa, aku lumpuh, aku tidak berdaya, aku tidak bisa melawan lagi rasa sakitnya, dan untuk berpikir saja sulit, mungkin hanya air mata saja sebagai isyaratnya. 

Aku harus bagaimana mengahadapi kamu Pras?
Masalah itu tidak datang setiap hari, seharusnya bisa sedikitnya ada senyum atau membuat suasana terasa enak dan baik-baik saja. Tapi ini tidak sama sekali, selalu ada saja hal dalam diri kamu, untuk mengungkit segala hal buruk dan menyalahkan aku. Sulit untuk membina keharmonisan yang panjang. Semua perbincangan selalu diarahkan ke keributan. Itu jadi kesedihan yang mendalam untuk aku, Pras.
Bahkan aku juga gabisa jadikan kamu teman berbincang, penting ga penting, komunikasi kita sangat buruk. Jika kamu ada, hanya untuk menunggu dan melihat aku sampai aku bisa memberikan kebahagiaan yang hakiki untuk kamu, tanpa kamu mau menghadirkan hubungan yang 'baik-baik' saja, bagaimana aku bisa bersemangat menjalani hari-hari? Sekeras apapun aku mencoba untuk membuat kamu senang, tetap kamu menutup mata, hati kamu beku, tertutup oleh semua kesalahan aku yang lain dan enggan melihat kebaikan aku yang setitik. Baik, aku akan memaklumi itu jika itu kamu mau. 

Terserah kamu mau anggap aku manusia macam apa, dari sekian banyak sebutan untuk aku, kamu boleh pegang semua yang kamu mau sebut. Penipu ? Orang gila ? Murahan ? Kriminal ? Orang sakit ? Bodoh ? Impulsif ? Sebut sesuka hati kamu, Pras. Yang jelas aku masih punya hati, punya cinta dan perasaan, semoga aku masih manusia normal dan semua masih bisa dipulihkan. Mental illnes yang aku derita, aku akan sembuhin sendiri sebisa aku. Dan ini akan berat tanpa dukungan dari lingkup terkecil. Tekanan demi tekanan, itu bikin runtuh diri aku karena aku sedang dalam kondisi buruk, Pras. Bukan kali pertama. Jadi aku minta maaf, buat semua ketidaksesuaian yang kamu lihat yang menurut kamu aku tidak masuk akal atau kacau. 
Aku bukan sedang lempeng, tapi terkadang aku merasa kosong. Bukan kamu, bukan mama, tapi hanya ketika ingat Allah yang selalu bisa ngebuat aku sadar lagi. Ketika kamu mengecam, memojokan, memaki, pada saat yang bersamaan aku percaya bahwa Allah memiliki penilaian yang sama terhadap aku seperti kamu menilai aku. Beberapa saat kemudian baru aku bisa berpikir jernih dan kembali ke Allah dan bertanya, apa aku sehina dan tidak sepantas itu ? 

Kamu dan mereka semua suci. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. 

Terimakasih Pras, buat semua hal yang kamu beri untuk aku, aku masih disini, masih akan berusaha untuk mencari yang telah banyak hilang. 
Silahkan kamu berbuat sesuka kamu, akan seperti apa terhadap aku. 
Pras, jika dirasa lelah..lajulah mencari jalan dan rumah yang lain, jangan lagi aku. Bahkan aku tidak bisa memberikan rumah yang nyaman untuk kamu pulang saat ini, karena aku sendiri belum punya rumah untuk dapat pulang disaat aku dilanda resah, selain Allah. 
Jangan terlalu larut dalam penyesalan tanpa mengambil tindakan yang dirasa baik untuk kamu. Ini bukan soal cinta lagi, tapi bagaimana kamu menyayangi diri kamu, bagaimana kamu merawat diri kamu, memikirkan diri dan masa depan kamu, jangan dipaksakan untuk sesuatu yang sudah terlanjur. Jika itu terlanjur basah, masih ada angin yang bisa mengeringkannya. Jika itu terlanjur kotor, masih ada air yang bisa membersihkannya. Jika itu terlanjur ter-marker , masih ada alkohol untuk membersihkannya, dll. Artinya masih banyak hal untuk bisa dirubah, jika Allah mengizinkan. 

Cinta dan kasih sayang yang aku punya untuk kamu setiap harinya pun, tidak bisa menembus dinding hati kamu yang nyaris beku untuk aku. Sekali lagi, jika itu soal materi, aku belum sanggup. Maka jika itu membutuhkan waktu yang lama, dan kamu rasa hanya membuang-buang waktu saja, melangkahlah Pras... Cari kebahagiaan kamu yang sesungguhnya. 
Jika kamu bahagia, aku bahagia. Aku ikhlas, dan aku akan prioritaskan kewajiban aku terhadap kamu semampu aku seiring berjalannya waktu. Tanpa kamu perlu khawatir lagi, pusing lagi, muak lagi. Karena semaksimal mungkin sampai saat ini, sejak 4 tahun kebelakang, aku hanya bisa membesarkan kebaikan kebaikan untuk merawat kamu, membuat kamu nyaman diluar urusan materi, namun itu tidak bisa membayar sama sekali, dan NOL diterimain kamunya. Jadi untuk apa ? 
Maaf jika aku hanya baru bisa menunjukan hal-hal kecil untuk memperbaiki semuanya, yang membuat kamu ga puas akan itu, aku bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, dan gapunya apa-apa. 
Maaf buat semuanya, Indra Prasetyawan. 
Aku yakin, kamu akan sukses dikemudian hari dan bahagia dengan utuh, jika bukan aku yang disebelah kamu. Aku hanya seonggok rasa yang memalukan diri kamu, dan membuat kusut kehidupan kamu. Jadi bahkan diri kamu saja sudah tau, bukan aku orangnya. Jadi aku mohon, kamu tengok lagi hati kamu sedalam mungkin, yakinkan lagi, apa yang sedang kamu jalanin, apakah benar apakah salah jika masih memilih aku. Agar semuanya bisa berjalan seiring dalam keharmonisan. Apa yang terbaik buat kamu, aku akan setuju untuk itu. Karena aku ga berhak akan apapun saat ini, atas diri kamupun aku tidak berhak, Pras. 

You're still the one, Indra Prasetyawan.

Comments

Popular posts from this blog

Cukup.

RUNTUH

Apa itu sabar ?