Suara Hati

Assalamu'alaikum..

Aku memberanikan diri untuk menulis ini.
Sebuah halaman dimana aku ingin berbicara tentang apa yang telah terjadi.
Aku telah berbuat kesalahan, yang membuat diri ini menyebabkan kehidupan yang sangat gelap --saat ini. Sebuah mimpi yang berbalik menjadi petaka, dengan segala kerja keras yang membuahkan hasil akhir yang membutakan segala sudut mata. Tak ku duga semua berakhir seberantakan ini.
Tak sedikitpun aku berniat buruk, semua kujalani dengan keyakinan dan kebaikan yang bisa kulakukan.
Namun pantai yang tenangpun seketika bisa dihancurkan ombak besar, dan itulah yang terjadi padaku.
Derai air mata tak tertahankan, dalam ketakutan diri yang mendalam dan membuat aku salah jalan. Aku malu pada diri sendiri, aku malu dengan apa yang telah kubuat. Dan aku terkadang ragu, apa semua akan baik-baik saja ? Ternyata tidak sama sekali. Semua hancur...
Dalam setiap sujud dan doa, ku mohonkan petunjuk pada-Nya  agar diberikan jalan terbaik dari semua permasalahan. Dan inilah jawabannya, setahun sudah aku megalami keterpurukan bahkan untuk keluar melihat mataharipun aku enggan dan malu.
Terima kasih ya Allah, engkau jadikan ini satu pelajaran penting dalam hidupku, bahwa kejujuran lebih baik diatas segalanya walaupun itu pahit. Seharusnya aku berbagi dan tak membiarkan semuanya berlarut dengan alasan menutupi demi kebaikan. Ternyata itu salah besar.

Segala hina dan caci maki, telah banyak aku dapatkan. Aku terbuang, aku terasingkan, aku terpukul dan aku mengalami kesedihan yang mendalam. Perlahan orang yang kubutuhkan dan kusayangi pergi dan menjauh bahkan melontarkan sumpah serapahnya. Tanpa ingin melihat lebih dekat, apa yang terjadi padaku. Segala pujian dahulu lenyap dan berubah menjadi makian, segala penghargaan dulu dirubahlah menjadi seolah aku sampah terkotor. Apa aku tak sepantas itu untuk dapat dihargai sehingga perkataan maaf pun tak dapat diterima?
Sungguh kalian semua tak melihat lebih dekat, sehingga mulutpun tak dapat lagi berucap banyak untuk menjelaskan.

Ibarat angka 6 atau 9 Bentuk yang sama hanya beda persepsi, dari sudut sini aku melihat angka 6, namun dari sudut sana kalian melihat angka 9. Tidak ada yang salah, hanya saja pemahaman dari sudut pandang yang berbeda yang membuat ini jadi perselisihan.

Aku rindu, aku sangat punya rasa cinta dan kasih kepada kalian semua yang pernah dekat, bahkan keluarga. Aku sangat rindu, sungguh aku minta maaf dan janganlah kalian membenciku terlalu dalam.
Terimakasih telah menganggapku sebagai bagian dari keluarga, terimakasih pernah baik dan peduli, terimakasih telah menjadi sumber kehangatan dan pembelajaran hidup sampai aku sebesar ini.
Dan untuk sahabat, semoga selalu berada disekeliling orang-orang baik dan menyayangi. Doaku tak putus agar semua yang telah hilang Allah akan gantikan. Selagi aku belum bisa mengembalikan semuanya.
Terimakasih untuk orang-orang yang masih baik padaku, terimakasih untuk orang-orang yang masih percaya aku. Aku sayang kalian, maaf aku belum bisa membalas apa-apa.
Dan untuk Mama, terimakasih untuk ketegaran serta kesabarannya. Untuk Ibu, tetaplah menjadi ibuku kelak, aku akan tebus semuanya insya Allah.

Terlalu malu untuk menampakan wajah, terlalu malu untuk sekedar menyapa, doakan aku agar dapat menjadi lebih baik. Aku masih hidup, aku masih berdiri, mungkin aku rapuh namun aku belum menjadi gila dan tak akan menjadi gila, aku gali diri sedalam mungkin agar menjadi baik kembali. Percayalah, aku hidup bukan untuk cuma-cuma. Doakan aku...

Untuk semua orang yang membaca ini, khususnya orang-orang yang merasa kenal dan bahkan sudah tak mau kenal aku lagi, aku teramat sangat minta maaf dari lubuk hati yang paling dalam atas semua kesalahan, atau semua kekacauan.
Aku berharap semua bisa kembali menjadi baik, aku sungguh sangat merasa kehilangan dan nelangsa. Ijinkan kaki untuk dapat melangkah hidup, ijinkan hati untuk dapat menyesali, ijinkan mata untuk dapat melihat kebahagiaan, ijinkan tubuh ini untuk dapat dirangkul kembali.

Ya Allah, engkau Maha Besar.
Wassalam.