Dia (lelaki) itu.

Dia (lelaki) itu pandai menyembunyikan perasaannya.
Mencoba untuk selalu bertahan, walaupun mungkin jauh dilubuk hatinya banyak hal yang belum terselesaikan tentang perasaannya dulu atau rasa penasaran yang belum juga terjawab -- cintanya.
Dan sungguh itu bukan hal yang bagus untuk aku, tentunya. Sangat buruk dan menyakiti.
Aku pernah berbuat salah memang, tapi aku tidak pernah sedikitpun menyimpan apapun setelah lepas dari itu. Terkubur, dan semua hilang dan terlupakan begitu saja. Tanpa ada rasa tersisa sedikitpun, apalagi sekedar penyesalan atau penasaran, sungguh sangat tidak diperlukan lagi. Sedikit notes/ memoripun tak lagi tercatat olehku. Biar semuanya terhempas (jauh).
Tapi dia (lelaki) itu, tidak seperti aku. Justru yang seperti dia (lelaki) itu yang aku nilai seperti terlanjur, terlanjur bersama aku, seperti mengharuskan dirinya agar terlihat seolah tidak ada apa-apa dan tidak menyimpan apa-apa. Padahal aku tau, aku merasakan, karena aku wanita,dan aku -- peka.
Mungkin tidak ada satu orangpun yang bisa dia ceritakan, sehingga dia hanya akan menikmati perasaannya sendiri, dia akan membuat memori itu sendiri, menyimpannya dan menikmatinya, bahkan mungkin dia akan tersenyum dan menggetarkan hatinya untuk hal yang hanya dia tau seorang. Sungguh sangat miris.
Tidak seperti aku, memilih untuk menceritakannya pada satu orang, lalu tidak akan lagi ada memori untuk aku ingat, karena aku sudah benar-benar melepasnya dan biarkan saja orang tau, dan yang seharusnya mereka tau kebenarannya adalah mungkin justru aku yang hanya menyimpan "satu nama", bukan dia (lelaki) itu yang terlihat menyimpan "satu nama".
Sungguh hebat, dan ini curang. Mereka semua hanya melihat aku yang salah, hanya dibayang-bayangi oleh betapa munafiknya aku, tanpa mereka tau apa yang sebenarnya saat ini aku rasakan, dan kebenaran apa yang mereka tidak tau, yang aku saja baru tau.
Aku tidak sedang ingin diperhatikan atau sekedar ingin mencari kesalahannya dan merasa menang, tapi aku, hanya merasakan. Aku telah menyaksikan serta mengumpulkan beberapa sehingga bisa terbentuk perasaan dan pikiran seperti yang aku tulis ini.
Tapi tak apa, karena tidak ada yang akan percaya, dan aku tidak memiliki kuasa sepenuhnya. Kini aku hanya seperti menjadi "setengah" dan butuh waktu yang lama untuk memulihkan aku menjadi "satu". Karna aku, hanya aib-nya (mereka).
Jika memang aku harus menjalani ini dengan dia (lelaki) itu yang fantasinya masih bersama yang lain, dekatkanlah dia bersama yang dia mau ya Allah. Sungguh aku tak ingin memaksa, tapi jika ini hanya pradugaku saja, jadikanlah dia tetap bersamaku, tanpa nama lain.
Dan sungguh ini akan menjadi kesedihan yang mendalam.
Terima kasih kamu (lelaki) itu.

Comments

Popular posts from this blog

Cukup.

RUNTUH

Apa itu sabar ?